Jumat, 30 Oktober 2009

STRATEGI PEMBELAJARAN

MENGAJARLAH DENGAN TERSENYUM

Jika kita bersedih maka sekitar kita pun akan diredupi dengan kesedihan, sebaliknya jika kita bahagia, maka di sekitar kita pun akan turut merasa bahagia. Maka dari itu berbahagialah jika kita ingin membahagiakan lingkungan kita.

Kesedihan dan kebahagiaan ternyata bisa menular di lingkungan sekitar kita. Kalau kita bersedih, maka lingkungan kita pun akan bersedih. Cara pandang kita terhadap lingkungan pun menjadi cara pandang orang bersedih. Semuanya menjadi suram, tidak menarik, dan pesimis. Sebaliknya jika kita bahagia, maka lingkungan kita pun akan menjadi bahagia, cara pandang kita terhadap lingkungan adalah cara pandang kebahagiaan. Semuanya menjadi cerah, menarik, dan optimis. Nah, cara untuk menciptakan kebahagiaan adalah dengan tersenyum. Walaupun tidak selamanya tersenyum adalah satu-satu simbol kebahagiaan, tetapi semua orang akan sepakat bahwa tersenyum adalah tanda kebahagiaan, walaupun tidak selamanya.
Ketika kita menemani anak-anak belajar di kelas sebaiknya ketika berinteraksi dengan mereka selalu diiringi dengan senyuman. Tentu yang dimaksud adalah senyuman yang tulus, yaitu senyuman yang didasarkan kepada optimisme bahwa anak-anak yang kita didik niscaya akan menjadi anak-anak yang sukses, anak-anak yang baik, dan anak-anak yang akan bermanfaat bagi dirinya, lingkungannya, bangsa, dan negaranya. Dengan demikian, manakala kita dihadapkan kepada kesulitan pun kita akan menyunggingkan senyum, karena kita tahu bahwa kesulitan itu adalah penguat bagi Keberhasilan mereka. Ibarat anak-anak yang mengikuti lomba panjat pinang pada peringatan 17 Agustus. Mereka tetap saja ceria walaupun berkali-kali jatuh dan disoraki oleh orang lain, karena mereka berharap dan yakin bisa meraih hadiah yang dipajang di atas pohon jambe. Bahkan tidak jarang mereka tidak hanya tersenyum tetapi juga berjoget sebagai bentuk kegembiraan.
Senyuman yang dikembangkan oleh guru pada saat mengajar sesungguhnya memiliki banyak banyak efek positive, baik bagi pribadi guru maupun bagi siswa.

Pertama, senyuman memberikan harapan. Ketika bertemu dengan anak yang kelihatannya kebingungan menyelesaikan tugas, cobalah kita sapa dengan senyuman. Niscaya ia akan mengembang motivasinya apalagi disertai dengan kata-kata positive yang memotivasi. “Bapak yakin, kamu bisa menyelesaikannya. Coba dan coba terus, maka kesulitan itu lama kelamaan akan tersingkap dan menjadi mudah”.

Kedua, senyuman mengakrabkan hubungan. Senyum adalah dari persahabatan. Jika kita tersenyum maka anak-anak akan menjadi akrab dengan kita. Keakraban dengan anak adalah salah satu modal dasar untuk mengembangkan rasa percaya diri kepada anak dan sebaliknya menghilangkan rasa takut dan malu. Banyak anak yang tidak berkembang kecerdasannya karena tidak memiliki rasa percaya diri, malu, dan takut. Oleh karena itu jika seorang guru mengembangkan senyumannya kepada anak-anak, maka berarti tekah menghilangkan hantu bagi kecerdasannya, yaitu tidak percaya diri, malu, dan takut.
Ketiga, senyuman menghilangkan energi negative dan sebaliknya menumbuhkan energi positive. Guru yang tersenyum biasanya akan mampu mengendalikan kejengkelan dan kemarahannya. Ia akan menggantikan kejengkelan dan kemarahannya itu dengan senyuman. Pada gilirannya senyuman itu akan melahirkan kesediaan untuk membantu, kesediaan untuk berbagi, dan kesediaan untuk merasakan kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.

Keempat, senyuman menunjukkan kedeasaan dan kewibawaan. Orang dewasa akan mengembangkan senyuman dalam menyelesaikan masalah, sebaliknya anak-anak lebih banyak menyelesaikan masalahnya dengan teriakan, keluhan, dan tangisan. Jadi kalau kita ingin disebut sebagai oran dewasa, maka jika menghadapi masalah jangan mudah untuk berteriak, mengeluh, dan menangis. Senyuman yang kita kembangkan dalam menghadapi masalah juga menunjukkan kepada kita bahwa kita adalah orang-orang yang stabil dalam menghadapi kesulitan sekalipun. Dengan cara demikian, maka anak-anak juga akan menaruh hormat kepada kita. Apa jadinya sikap anak kepada kita kalau kita justru rentan terhadap masalah? Niscaya siswa tidak akan menaruh respek kepada kita, walaupun kita ini seorang guru.
Kelima, senyum membuat kita awet muda. Orang yang tersenyum adalah orang yang sering mengolahragakan bagian mukanya, sehingga akan tampak lentur dan tidak kaku atau menua. Bukan hanya itu saja, orang tersenyum juga mengolahragakan hatinya, sehingga hatinya tidak kaku dan mudah patah. Dengan demikian orang yang tersenyum bukan hanya fisik mukanya yang menjadi elastis, tetapi juga hatinya pun demikian, sehingga akan memperlambat penuaan fisik dan hatinya. Orang-orang yang awet muda adalah orang-orang yang energik sehingga akan mudah menyelesaikan berbagai tugas dan masalah.
Nah, kalau ternyata senyuman memiliki banyak manfaat baik bagi pribadi maupun orang lain, maka adalah sangat tepat kalau dalam mengajar kita selalu mengembangkan senyum. Tersenyumlah, maka niscaya dunia di sekitar kita pun akan tersenyum!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar